TEKNOLOGI NEWS UPDATE - Asteroid Sebesar Pesawat Terbang Dekati Bumi, Ini Kata NASA



PT Rifan Financindo Berjangka - AI (kecerdasan buatan) telah membantu penemuan dan studi asteroid. Tidak hanya itu, AI juga berpotensi membantu melindungi Bumi dari asteroid.


Mengutip HT Tech, Senin (9/10/2023), sebuah penelitian dari University of Washington mengungkapkan, sebuah algoritma bernama HelioLinc3D membantu para peneliti menemukan asteroid berbahaya.


NASA juga telah mengungkapkan, sebuah asteroid kini diperkirakan berada dalam jarak terdekat dengan Bumi. Asteroid tersebut bernama Asteroid 2023 TL. 


Hingga saat ini ditemukan sebanyak 1.298.148 asteroid, dan Asteroid 2023 TL merupakan salah satunya. Pusat Studi Objek Dekat Bumi (CNEOS) NASA telah menyatakan bahwa asteroid ini akan berada pada jarak terdekatnya dengan Bumi pada 9 Oktober 2023.


Selama pendekatannya, asteroid ini akan berada pada jarak 3,1 juta kilometer dari Bumi. Dan meluncur menuju Bumi dengan kecepatan luar biasa, yaitu 50.124 kilometer per jam.


NASA berpendapat bahwa asteroid ini tidak cukup besar untuk digolongkan sebagai Objek Berpotensi Berbahaya. Sebuah benda langit harus memiliki lebar sekitar 492 kaki dan melewati Bumi pada jarak kurang dari 7,5 juta kilometer untuk masuk dalam kategori tersebut.


Di sisi lain, Asteroid 2023 TL hanya memiliki lebar hampir 140 kaki. Dengan demikian dapat diperkirakan besarnya sama seperti sebuah pesawat terbang.


Asteroid 2023 TL kelompok Apollo adalah batuan luar angkasa yang melintasi Bumi dengan sumbu semi-mayor lebih besar dari bumi.


Nama asteroid ini diambil dari nama asteroid Apollo 1862 yang ditemukan oleh astronom Jerman, Karl Reinmuth pada tahun 1930-an.


Dan pendekatan Asteroid 2023 TL ini, akan menjadi pendekatan pertama kali ke Bumi dalam sejarah. Namun, NASA telah memperkirakan bahwa asteroid ini tidak akan melewati Bumi dalam waktu dekat.


BACA JUGA : SPORT NEWS UPDATE - Gara-Gara Kegagalan Valentino Rossi, Ducati Mulai Temukan Titik Balik di MotoGP


Asteroid Bantu Kurangi Radiasi Matahari


Asteroid memiliki potensi menimbulkan kerusakan besar, bahkan memusnahkan Bumi. Namun, di sisi lain batuan luar angkasa ini juga memberikan sumber daya yang berharga, seperti air, logam, dan mineral lainnya.


Para ilmuwan melakukan penelitian pada asteroid untuk mempelajari lebih lanjut tentang awal tata surya dan kondisi saat planet-planet terbentuk.


Dan kini, sebuah metode telah dirancang untuk melindungi Bumi dari terik Matahari dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Ini merupakan ide gagasan dari astronom Istvan Szapudi dari Institut Astronomi Universitas Hawaii. 


Ia mengusulkan perisai atau manajemen radiasi matahari (SRM) berbasis luar angkasa yang ditambatkan pada asteroid untuk penyeimbang. Berat asteroid akan mengurangi berat payung matahari dan berpotensi mengurangi radiasi matahari sebesar 1,7 persen.



Wahana Antariksa NASA Kembali ke Bumi, Bawa Sampel Asteroid Bennu


Kabar sebelumnya dari NASA, setelah tujuh tahun diluncurkan ke luar angkasa, wahana antariksa OSIRIS-REx NASA kembali ke Bumi membawa sampel asli asteroid Bennu. Sampel asteroid ini akan dipelajari lebih lanjut oleh para ilmuwan yang mencari petunjuk tentang asal usul kehidupan.


Dilansir Ars Technica, Senin (25/9/2023), misi OSIRIS-REx adalah membawa kembali sampel material terbesar yang belum terjamah dan pernah dikembalikan ke Bumi dari luar bulan. Adapun sampel yang dibawa memiliki berat sekitar 250 gram, atau kira-kira 8 ons.


Ini adalah misi pengambilan sampel asteroid ketiga dalam sejarah dan yang pertama bagi Amerika Serikat. Sebelumnya, pada tahun 2010 dan 2020, sudah ada dua pesawat ruang angkasa Jepang yang membawa spesimen asteroid dalam jumlah lebih kecil ke Bumi.


OSIRIS-REx lepas landas pada tahun 2016 dan mulai mengorbit Bennu pada tahun 2018. Kemudian pada tahun 2020, pesawat ruang angkasa ini mengumpulkan sampel asteroid dan kembali ke bumi pada Mei 2021, seperti dikutip dari CNN.


Di akhir perjalanan angkasa sejauh 4 miliar mil, pesawat ruang angkasa induk OSIRIS-REx merilis kapsul pengembalian sampel selebar 32 inci (81 sentimeter) pada Minggu pagi saat meluncur menuju Bumi. 


Lebih dari empat jam kemudian, kapsul tersebut mendarat di Test and Training Range Angkatan Udara AS di barat daya Salt Lake City pada pukul 08:52 waktu setempat (10:52 EDT atau 14:52 UTC).



NASA Akan Mengumumkan Hasil Penelitiannya Secara Bertahap


Tim darat membungkus kapsul tersebut ke dalam Teflon bag dan memasukkannya ke dalam jaring pengaman di bawah helikopter. Kemudian membawanya ke fasilitas ruang bersih terdekat di Dugway Proving Ground Angkatan Darat AS. 


Para teknisi dengan cepat membuka bungkus kapsul tersebut dan mulai membongkarnya untuk diangkut dengan pesawat kargo pada hari Senin ke Johnson Space Center milik NASA di Houston.


Beberapa materi akan dikirim ke laboratorium di Kanada dan Jepang, sebagai pengakuan atas kinerja negara-negara kemitraan OSIRIS-REx. Sebagian besar spesimen akan disisihkan untuk peneliti masa depan, yang mungkin mendapat manfaat dari teknologi laboratorium yang lebih maju.


NASA berencana mengumumkan beberapa temuan awal dari sampel asteroid pada 11 Oktober 2023. Namun, hasil lebih detail akan membutuhkan waktu lebih lama.


Para ilmuwan berharap untuk merilis makalah penelitian peer-review pertama yang menganalisis spesimen asteroid pada akhir tahun 2023, dan hasil lebih banyak akan keluar pada tahun 2024. 






PT Rifan Financindo Berjangka - Gfr

Comments